Mata
Kuliah : Mikrobiologi dan
Parasitologi
Dosen
:Alfrida Monica Salasa, S.Si, M.Kes
MAKALAH HEPATITIS B
Disusun oleh :
Kelompok v :
1.
Eka Wardana / PO. 71.3.251.15.1.055
2.
Irmawati Amir / PO. 71.3.251.15.1.065
3.
Nur Adelia Syahrir / PO. 71.3.251.15.1.075
4.
Rara Puspa Dewi Wijatanti / PO. 71.3.251.15.1.085
5.
Sulastri / PO. 71.3.251.15.1.095
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2016
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah dengan judul “Penyakit Hepatitis B” ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah dengan judul “Penyakit Hepatitis B” ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini terdapat beberapa
pembahasan materi mengenai Penyakit
Hepatitis B. Namun dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan
penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun
makalah.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, baik itu penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar, juni 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.....................................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang
..............................................................................................1
B. Tujuan
............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
....................................................................................2
A. Pengertian penyakit Hepatitis
B....................................................................2
B. Gejala klinis penyakit Hepatitis
B..................................................................2
C. Transmisi penularan penyakit Hepatitis
B......................................................3
D. Pencegahan pada penyakit Hepatitis
B...........................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................7
A. Kesimpulan.....................................................................................................7
B. Saran
...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis merupakan inflamasi dan
cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin
termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah
yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit
dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung
kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit
hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun
gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru,
w sudoyo, 2006 : 429).
Infeksi virus
hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker
hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan
baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala
timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri
diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua,
kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning.
Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Insiden
hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang
tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung
tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk
mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut
menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner &
Sudarth, 2001 : 1169).
Pada umumnya
klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan
nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien
ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi
metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang
didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan
standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan
pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan
nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik
atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal
mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin
dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E.
Doengoes, 1999: 758)
Penyakit hepatitis kini menjadi
masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga besar,
jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk
dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah
kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk.
Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi
memiliki masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan
jika saat ini penyakit hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat
perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup
banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk
Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa 1
dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis
C yang merupakan satu dari 10 besar penyebab kematian di Dunia. Angka kasus
hepatitis C berkisar 0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik
Indonesia saat ini adalah 220 juta maka angka asumsi penderita hepatitis C
menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah ini dapat bertambah setiap
tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala-gejala spesifik
sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter.
Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi sebagai sumber penyebaran
penyakit hepatitis B dan C.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit
hepatitis B
2. Untuk mengetahui gejala klinis
penyakit hepatitis B
3. Untuk mengetahui transmisi penularan
penyakit hepatitis B
4. Untuk mengetahui pencegahan pada
penyakit hepatitis B
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian
penyakit Hepatitis B
Hepatitis
adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.(Ester monika, 2002 :
93)
Penyakit Hepatitis adalah penyakit
yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan
peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan
dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia
penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan
hepatitis B dan hepatitis C. Dikatakan
akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang
berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap
bertahan selama lebih dari 6 bulan.
Penyakit Hepatitis B adalah
merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia,
Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua
penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.
B. Gejala penyakit Hepatitis B
Tanda dan gejala dari penyakit
Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip dengan Hepatitis A dan mirip
flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan kemerahan kulit dan nyeri
sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan muntah, lemah,
pusing, sakit perut terutama disekeliling atau disekitar hati, urine berwarna
gelap, kulit dan mata berwarna kuning (jaundice) nyeri sendi dan
disertai dengan demam dan akan sembuh dalam 2 minggu namun dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh para dokter ternyata hanya sedikit penderita
penyakit Hepatitis B yang menjadi ikterik (Inayah, Iin.
2004).
C. Transmisi
penularan penyakit Hepatitis B
1. Penularan Horizontal
Cara penularan horizontal yang
dikenal ialah: tranfusi darah yang terkontaminasi oleh HBV, mereka yang sering
mendapat hemodialisa. Selain itu HBV dapat masuk kedalam tubuh kita melalui
luka atau lecet pada kulit dan selaput lendir misalnya tertusuk jarum
(penularan parenteral) atau luka benda tajam, menindik telinga, pembuatan tato,
pengobatan tusuk jarum (akupuntur), penggunaan alat cukur bersama, kebiasaan
menyuntik diri sendiri, menggunakan jarum suntik yang kotor/kurang steril.
Penggunaan alat-alat kedokteran dan perawatan gigi yang sterilisasinya kurang
sempurna / kurang memenuhi syarat akan dapat menularkan HBV.
Di daerah endemis berat diduga
nyamuk, kutu busuk, parasit, dan lain-lain dapat juga menularkan HBV, walaupun
belum ada laporan. Cara penularan tersebut disebut penularan perkutan.
Sedangkan cara penularan non-kutan diantaranya ialah melalui semen, cairan
vagina, yaitu kontak seksual (baik homoseks maupun heteroseks) dengan
pengidap/penderita HVB, atau melalui saliva yang bercium ciuman dengan
penderita/pengidap, dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi, dan
lainnya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena selaput lendir tubuh yang
melapisinya terjadi diskontinuitas, sehingga virus hepatitis B mudah
menembusnya.
2. Penularan Vertikal
Penularan secara vertikal dapat
diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang ibu pengidap/penderita HBV
kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan dan beberapa saat
setelah persalinan. Apabila seorang ibu menderita HBV akut pada perinatal yaitu
pada trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang baru dilahirkan akan
tertulari (Budi, 2011).
Virus Hepatitis B juga dapat
terjangkit melalui sentuhan dengan darah atau cairan tubuh yang tercemar. Hal
ini akan menyebabkan 100 kali lebih mudah terjangkit dari pada HIV. Penyakit
ini akan terdeteksi melalui pemeriksaan fungsi hati. Menurut Chin (2006) bagian
tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain adalalah darah,
air ludah atau saliva , cairan cerebrospinal, peritoneal, cairan pericardial,
cairan amniotik, semen, cairan vagina dan lain-lain.
Penularan infeksi virus hepatitis B
juga dapat melalui berbagai cara sepaerti parenteral yaitu terjadi penembusan
kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar
virus hepatitis B dan pembuatan tatto dan non parenteral yaitu persentuhan yang
erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.
Sebagai antisipasi, biasanya
terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu
apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV namun
tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti.
Dari hasil pemeriksaan darah dapat
terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan
virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya
untuk memeriksakan pasangannya untuk penularan penyakit ini. Hepatitis C
dapat tertular melalui darah dan plasma yang syringe. Hepatitis D dapat
tertular melalui darah dan cairan beku yang terkontaminasi, jarum suntik dan
hubungan seks. Hepatitis E dapat tertular melalui air yang terkontaminasi, dari
orang ke orang dengan fecal oral (Chin, 2006).
D. Pencegahan
Penyakit Hepatitis B
Pengendalian penyakit ini lebih
dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam
penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan
kegiatan Health Promotion dan Spesifik
Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif
(Hadi, 2000).
Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang
dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit Hepatitis, yakni melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer yakni dengan cara
promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), imunisasi pada bayi, imunisasi
pada remaja dan dewasa (catch up immunization). Pencegahan sekunder
melalui, deteksi dini dengan skrining (penapisan), penegakan diagnosa dan
pengobatan. Sedangkan pencegahan tersier lebih kepada untuk mencegah keparahan
dan rehabilitasi, monitoring pengobatan untuk mengetahui efektifitas dan
resistensi terhadap obat pilihan (Depkes RI, 2009).
Timbulnya Hepatitis B dalam
barak-barak atau panti perawatan sering merupakan petunjuk sanitasi dan higiene
perorangan yang buruk. Pengendaliannya langsung ditunjukkan pada pencegahan
terkontaminasinya makanan, air, atau sumber-sumber lainnya oleh tinja.
Kebersihan seperti mencuci tangan setelah buang air besar atau sebelum makan,
penggunaan piring dan alat makan sekali pakai, dan menjaga kebersihan
perorangan. Pemakaian disinfektan natrium hipoklorit 0,5%- sangat penting dalam
mencegah penyebaran (Jawetz, 1995).
Orang yang dekat dengan penderita
mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan
dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix).
imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan
kemudian.
Pencegahan
terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus,
sehingga satu-satunya jalan untuk
mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada
vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling banyak
diselidiki baik mengenai
perjalanan penyakitnya maupun komplikasinya.
Saat ini di
seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B yang tidak
menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat. Agarc
tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak tiga
kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi dasar
tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin
hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal
Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin
hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada
orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b yang
di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali sebanyak dua
kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Untuk
memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya
bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu
4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada
pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini
mungkin. Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di
vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi
setelah berumur sebulan.
Secara
keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung
tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati
memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan
terkontaminasi dan pembersihan alat-alat dan permukaan yang terkontaminasi.
Bahan pemeriksaan untuk laboratorium harus diberi label jelas bahwa bahan
berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga menjelaskan pentingnya mencuci tangan
kepada pasien, keluarga, dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyakit Hepatitis B adalah merupakan
salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan
oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun.
2. Tanda
dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip
dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan
kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai
dengan muntah, lemah, pusing, dan lain-lain.
3. Transmisi penularan dapat melalui,
vertikal dan horizontal.
4. Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat
dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit Hepatitis, yakni melalui pencegahan
primer, sekunder dan tersier.
B. Saran
1. Adapun yang menjadi saran penulis
kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya dapat memahami substansi dalam
penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam kehidupan seharí-hari,
karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.
2. Kepada
penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat, menghindari
mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya.
Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner
&Suddarth, Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar