Sabtu, 01 April 2017

poltekkes farmasi:makalah hepatitis b



Mata Kuliah        : Mikrobiologi dan Parasitologi
Dosen                 :Alfrida Monica Salasa, S.Si, M.Kes
MAKALAH HEPATITIS B

  
Disusun oleh :
Kelompok v :
1.                  Eka Wardana / PO. 71.3.251.15.1.055
2.                  Irmawati Amir / PO. 71.3.251.15.1.065
3.                  Nur Adelia Syahrir / PO. 71.3.251.15.1.075
4.                  Rara Puspa Dewi Wijatanti / PO. 71.3.251.15.1.085
5.                  Sulastri / PO. 71.3.251.15.1.095



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2016
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim. 
              Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah  dengan judul “Penyakit Hepatitis B” ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai Penyakit Hepatitis B. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran  yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.  
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam  
Makassar,    juni 2016


Penulis













DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
DAFTAR ISI  ......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A.    Latar Belakang ..............................................................................................1
B.    Tujuan ............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2
A.    Pengertian penyakit Hepatitis B....................................................................2
B.    Gejala klinis penyakit Hepatitis B..................................................................2
C.   Transmisi penularan penyakit Hepatitis B......................................................3
D.   Pencegahan pada penyakit Hepatitis B...........................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................7
A.   Kesimpulan.....................................................................................................7
B.    Saran ...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang                                                                       
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester Monica, 2002 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429).
Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan.
Insiden hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169).
Pada umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Penyakit hepatitis kini menjadi masalah besar di Indonesia mengingat jumlah penduduk Indonesia yang juga besar, jumlah penduduk yang besar ini membawa konsekuensi yang besar pula. Penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan rendah dihadapkan pada masalah kesehatan terkait gizi, penyakit menular serta kebersihan sanitasi yang buruk. Sedangkan penduduk dengan golongan sosial, ekonomi dan pendidikan tinggi memiliki masalah kesehatan terkait gaya hidup dan pola makan. Tak mengherankan jika saat ini penyakit hepatitis menjadi salah satu penyakit yang mendapat perhatian serius di Indonesia.
Kasus hepatitis di Indonesia cukup banyak dan menjadi perhatian khusus pemerintah. Sekitar 11 juta penduduk Indonesia diperkirakan mengidap penyakit hepatitis B, ada sebuah asumsi bahwa 1 dari 20 orang di Jakarta menderita hepatitis B. Demikian pula dengan hepatitis C yang merupakan satu dari 10 besar penyebab kematian di Dunia. Angka kasus hepatitis C berkisar 0,5% hingga 4% dari jumlah penduduk. Jika jumlah pendudik Indonesia saat ini adalah 220 juta maka angka asumsi penderita hepatitis C menjadi 1,1 hingga 8,8 juta penderita. Jumlah ini dapat bertambah setiap tahunnya mereka yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala-gejala spesifik sehingga tidak diketahui oleh masyarakat dan tidak terdiagnosis oleh dokter. Carrier/pembawa virus hepatitis B dan C berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit hepatitis B dan C.
B.  Tujuan             
     1.   Untuk mengetahui pengertian penyakit hepatitis B
     2.   Untuk mengetahui gejala klinis penyakit hepatitis B
     3.   Untuk mengetahui transmisi penularan penyakit hepatitis B
     4.   Untuk mengetahui pencegahan pada penyakit hepatitis B   


















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian penyakit Hepatitis B
Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol.(Ester monika, 2002 : 93)
Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. Dikatakan akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan.
Penyakit Hepatitis B adalah merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati.
B.  Gejala penyakit Hepatitis B
Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan muntah, lemah, pusing, sakit perut terutama disekeliling atau disekitar hati, urine berwarna gelap, kulit dan mata berwarna kuning (jaundice) nyeri sendi dan disertai dengan demam dan akan sembuh dalam 2 minggu namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para dokter ternyata hanya sedikit penderita penyakit Hepatitis B yang menjadi ikterik (Inayah, Iin. 2004).



C. Transmisi penularan penyakit Hepatitis B
1.  Penularan Horizontal
Cara penularan horizontal yang dikenal ialah: tranfusi darah yang terkontaminasi oleh HBV, mereka yang sering mendapat hemodialisa. Selain itu HBV dapat masuk kedalam tubuh kita melalui luka atau lecet pada kulit dan selaput lendir misalnya tertusuk jarum (penularan parenteral) atau luka benda tajam, menindik telinga, pembuatan tato, pengobatan tusuk jarum (akupuntur), penggunaan alat cukur bersama, kebiasaan menyuntik diri sendiri, menggunakan jarum suntik yang kotor/kurang steril. Penggunaan alat-alat kedokteran dan perawatan gigi yang sterilisasinya kurang sempurna / kurang memenuhi syarat akan dapat menularkan HBV.
Di daerah endemis berat diduga nyamuk, kutu busuk, parasit, dan lain-lain dapat juga menularkan HBV, walaupun belum ada laporan. Cara penularan tersebut disebut penularan perkutan. Sedangkan cara penularan non-kutan diantaranya ialah melalui semen, cairan vagina, yaitu kontak seksual (baik homoseks maupun heteroseks) dengan pengidap/penderita HVB, atau melalui saliva yang bercium ciuman dengan penderita/pengidap, dapat juga dengan jalan tukar pakai sikat gigi, dan lainnya. Hal ini dimungkinkan disebabkan karena selaput lendir tubuh yang melapisinya terjadi diskontinuitas, sehingga virus hepatitis B mudah menembusnya.
2.  Penularan Vertikal
Penularan secara vertikal dapat diartikan sebagai penularan infeksi dari seorang ibu pengidap/penderita HBV kepada bayinya sebelum persalinan, pada saat persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Apabila seorang ibu menderita HBV akut pada perinatal yaitu pada trisemester ketiga kehamilan, maka bayi yang baru dilahirkan akan tertulari (Budi, 2011).
Virus Hepatitis B juga dapat terjangkit melalui sentuhan dengan darah atau cairan tubuh yang tercemar. Hal ini akan menyebabkan 100 kali lebih mudah terjangkit dari pada HIV. Penyakit ini akan terdeteksi melalui pemeriksaan fungsi hati. Menurut Chin (2006) bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain adalalah darah, air ludah atau saliva , cairan cerebrospinal, peritoneal, cairan pericardial, cairan amniotik, semen, cairan vagina dan lain-lain.
Penularan infeksi virus hepatitis B juga dapat melalui berbagai cara sepaerti parenteral yaitu terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tatto dan non parenteral yaitu persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus hepatitis B.
Sebagai antisipasi, biasanya terhadap darah-darah yang diterima dari pendonor akan di tes terlebih dulu apakah darah yang diterima reaktif terhadap Hepatitis, Sipilis dan HIV namun tidak semua yang positif Hepatitis B perlu ditakuti.
Dari hasil pemeriksaan darah dapat terungkap apakah ada riwayat pernah kena dan sekarang sudah kebal, atau bahkan virusnya sudah tidak ada. Bagi pasangan yang hendak menikah, tidak ada salahnya untuk memeriksakan pasangannya untuk  penularan penyakit ini. Hepatitis C dapat tertular melalui darah dan plasma yang syringe. Hepatitis D dapat tertular melalui darah dan cairan beku yang terkontaminasi, jarum suntik dan hubungan seks. Hepatitis E dapat tertular melalui air yang terkontaminasi, dari orang ke orang dengan fecal oral (Chin, 2006).
D. Pencegahan Penyakit Hepatitis B
Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif (Hadi, 2000).
Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit Hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer yakni dengan cara promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), imunisasi pada bayi, imunisasi pada remaja dan dewasa (catch up immunization). Pencegahan sekunder melalui, deteksi dini dengan skrining (penapisan), penegakan diagnosa dan pengobatan. Sedangkan pencegahan tersier lebih kepada untuk mencegah keparahan dan rehabilitasi, monitoring pengobatan untuk mengetahui efektifitas dan resistensi terhadap obat pilihan (Depkes RI, 2009).
Timbulnya Hepatitis B dalam barak-barak atau panti perawatan sering merupakan petunjuk sanitasi dan higiene perorangan yang buruk. Pengendaliannya langsung ditunjukkan pada pencegahan terkontaminasinya makanan, air, atau sumber-sumber lainnya oleh tinja. Kebersihan seperti mencuci tangan setelah buang air besar atau sebelum makan, penggunaan piring dan alat makan sekali pakai, dan menjaga kebersihan perorangan. Pemakaian disinfektan natrium hipoklorit 0,5%- sangat penting dalam mencegah penyebaran (Jawetz, 1995).
Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi Hepatitis A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin Hepatitis B (Twinrix). imunisasi Hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian.
Pencegahan terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena  sampai saat ini belum ada  obat yang dapat membunuh virus, sehingga satu-satunya jalan  untuk mencegah hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling banyak diselidiki  baik mengenai perjalanan penyakitnya maupun komplikasinya.
Saat ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B yang tidak menampakkan gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat. Agarc tubuh menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak tiga kali vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi dasar tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi. Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga baru di beri 5 bulan kemudian.
Untuk memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu 4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja.
Vaksinasi  hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit hpatitis B, harus di vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi setelah berumur sebulan.
Secara keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan terkontaminasi dan pembersihan alat-alat  dan permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk laboratorium harus diberi label jelas bahwa bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasien, keluarga, dan lainnya.















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
1.   Penyakit Hepatitis B adalah merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun.
2.  Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan muntah, lemah, pusing, dan lain-lain.
3.   Transmisi penularan dapat melalui, vertikal dan horizontal.
4.   Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit Hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.
B.  Saran
1.   Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa agar kiranya dapat memahami substansi dalam penulisan makalah ini serta mengimplementasikan dalam kehidupan seharí-hari, karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.
2.  Kepada penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang sehat, menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi lingkungan sekitar.






DAFTAR PUSTAKA
                                                                                       
Ester,  Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar