Selasa, 04 April 2017

JURUSAN FARMASI:PENGARUH pH TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI



LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PENGARUH pH TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI

DISUSUN OLEH :
ASMIRANDAH                    (PO. 71.3.251.15.1.052)
DWI NURYANTI                 (PO. 71.3.251.15.1.054)
EKA WARDANA                 (PO. 71.3.251.15.1.055)
FITRI                                      (PO. 71.3.251.15.1.057)
FITRIANTI ABDULLAH    (PO. 71.3.251.15.1.058)
FLORENSIA BURA L         (PO. 71.3.251.15.1.059)
KELOMPOK                         : 1
HARI PRAKTIUM                : SELASA, 15 MEI 2016
PEMBIMBING                      : ST.RATNAH

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pertumbuhan merupakan suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba (Sofa, 2008).
Panas, konsentrasi ion hidrogen (pH), adanya air, oksigen dan cahaya mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Sewaktu pertumbuhan mikroorganisme, konsentrasi ion hidrogen (pH) dalam media mempengaruhi protein (enzim dan sistem transport) yang terdapat pada membran sel. Struktur protein akan berubah bila pH dalam media berubah. Mikroorganisme memiliki enzim yang berfungsi sempurna pada pH tertentu. Bila terjadi penyimpangan pH, pertumbuhan dan metabolisme organisme terhenti. Lazimnya mikroorganisme tumbuh pada pH sekitar 7,0, namun ada juga yang dapat tumbuh pada pH 2,0 dan pH 10,0, fungi dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas, kelompok ini dapat tumbuh pada pH asam.
Mikroorganisme yang melaksanakan proses fermentasi menghasilkan asam sehingga pH dapat turun menjadi 3,5. Sebaliknya, sewaktu metabolisme protein dan asam amino dilepaskan ion amonium sehingga pH media menjadi basa.
Perubahan pH terjadi dengan cepat dalam lingkungan tertutup seperti misalnya kaldu nutrien dalam tabung, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Untuk mencegah perubahan pH seringkali ditambahkan larutan penyangga dalam media.
B.                 Maksud dan Tujuan Percobaan
            Maksud percobaan : Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
            Tujuan percobaan : Untuk menentukan pH pertumbuhan mikroorganisme.
C. Prinsip Percobaan
            Media PW dikondisikan sesuai dengan pH yang diinginkan lalu diinokulasi dengan mikroorganisme kemudian diinkubasi selama 1X24 jam kemudian diamati ada tidaknya perubahan pada media PW.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.                Landasan Teori
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu, mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya)   (Hadioetomo, 1985).
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak terlalu asam atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa, dengan pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh paling baik pada pH netral (pH7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada pH 4, bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler,1993).
Mikroba umumnya menyukai pH netral yaitu pH 7. Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin) Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pHnya mikroba dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu mikroba asidofil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup tumbuh baik pada pH 6,0 – 8,0 pada pH 2,0-5,0, mikroba mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan mikroba alkafil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.0 (Brooks dkk, 1994).
B.                 Uraian bahan
1.                  Media PW (Peptone Water – Bacteriological Peptone)
Komposisi :
·                     Peptone from casein    10,0
·                     Disodium hydrogen phospate dodecahydrate 9,0
·                     Potasium dihydrogen phospate 1,5
·                     Sodium chloride 5
2.                  Metylen Blue
Nama Resmi                : Methylthionini Chloridum
Nama Lain                  : Biru metilen
Pemerian                     : Hablur atau serbuk hablur hijau tua,       berkilauan seperti
perunggu, tidak berbau. Stabil di udara, larutan dalam air
dan dalam etanol berwarna biru tua.
Kelarutan                    : Larut dalam air dan dalam kloroform, agak sukar larut    
                                       dalam etanol.\
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    : Sebagai indikator
3.                  Aquadest
Nama Resmi                : Aqua Destillata
Nama Lain                  : Air Suling
Pemerian         : Cairan jernih, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                    : Sebagai pelarut
4.                  Asam Klorida
Nama Resmi                : Acidum Chloridum
Nama Lain                  : Asam Klorida
Pemerian                     : Cairan, tidak berwarna, berasap,bau merangsang, jika di
                                       encerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan        : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan              :sebagai pelarut
5.                  Natrium Hidroksida
Nama resmi    :  natrii hidroksida
Nama lain       : natrium hidroksida
Pemerian       : bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping.kering, kerras,
                         rapuh dan menunjukan susunan hablur,putihh, mudah meleleh
                         basah, sangat alkalis dan korosif,segera menyerap karbon
                          hidroksida
Penyimpanan  :  dalam wadah tertutup baik
Kegunaan        : zat tambahan
6.                  Salmonella typhi
Kelas                           : Psilopsida
Ordo                            : Psilotales
Family                         : Psilotaceae
Genus                          : Salmonella
Species                       : Salmonella typhi





BAB III
METODE KERJA
A.                Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah :
1)        Autoklaf
2)        Batang pengaduk
3)        Erlenmeyer
4)        Gelas kimia
5)        Inkubator
6)        Lemari pendingin
7)        Pipet tetess
8)        Rak tabung reaksi
9)        Sendok tanduk
10)    Spoit 1 cc
11)    Spoit 10 cc
12)    Tabung reaksi
13)    Timbangan kasar
Bahan yang digunakan adalah :
1)        Aquades
2)        Biakan bakteri (Salmonella Thipy)
3)        Indikator universal
4)        Larutan HCl
5)        Larutan NaoH
6)        Larutan Mc Farland
7)        Metilen blue
8)        Pepton water
B.                 Prosedur Kerja
Pembuatan media PW
1)        Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2)        Ditimbang media PW sebanyak (sesuai dengan perhitungan berdasarkan komposisi).  Lalu dimasukkan dalam gelas piala 100 ml
3)        Dicukupkan volumenya sampai tanda atau batas 50 ml dan diaduk hingga larut
4)        Ditambahkan metilen blue beberapa tetes hingga warnanya berubah menjadi hijau (dari warna kuning berubah menjadi warna hijau setelah ditambahkan metilen blue ) lalu diaduk.
5)        Dibagi kedalam 4 buah tabunng reaksi yang telah diberi label, masing-masing tabung reaksi diisi 10 ml media dengan mengguankan spoit 10 cc dan sisa media yang di gelas piala dipidahkan ke dalam erlenmeyer 50 ml.
6)        Disumbat / ditutp mulut tabung reaksi dan erlenmyer dengan alumunium foil atau kapas.
7)        Selanjutnya, media tersebut disterilkan ke dalam autoklaf ( pada suhu 121oc selama 15 samapi 30 menit).
8)        Setelah temperatur suhu dan waktu sterilisasi tercapai, maka media pun dikeluarkan dari autoklaf lalu didiamkan atau didinginkan
9)        Untuk menjaga suhu media tetap dalam suhu penyimpanan, maka media tersebut dimasukkan kedalam refrigator (lemari pendingin).
Uji pengaruh pH
1)        Disiapkan media PW sesuai dengan yang dibutuhkan, lalu dikondisikan pH-nya menjadi 3,0; 5,0; 7,0; dan 9,0.
2)        Diinokulasikan mikroorganisme (Salmonella thipy) ke dalam masing-masing media PW yang telah dikondisikan pH-nya.
3)        Diinkubasi selama 48 jam, dikocok keempat tabung dan dibandingkan derajat kekeruhannya.
4)        Dilaporkan hasil pertumbuhan sebagai berikut :
·       Tidak ada pertumbuhan                      : -
·       Pertumbuhan sedikit               : +
·       Pertumbuhan sedang               : ++
·       Pertumbuhan subur                 : +++





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Hasil Pengamatan
Mikroorganisme
Waktu pengamatan
pH media
3,0
5,0
7,0
9,0
Salmonella thipy





Salmonella thypi





Salmonella thypi





Salmonella thypi





Salmonella thipy





Salmonella thipys






B.                 Pembahasan
Pada percobaan kali ini prosedur yang kita lakukan untuk mengetahui pengaruh pH pada pertumbuhan mikroba adalah dengan menyiapkan 6 erlenmeyer steril, kemudian tambahkan masing-masing 40 ml medium NB, lalu masukan 5 ml larutan pH 4,7,9 ke tiap dua Erlenmeyer kemudian masukan 5 ml biakan mikroba ke dalam Erlenmeyer, inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dan lakukan pengenceran sampai 10-3. Setelah itu, siapkan cawan petri steril dan masukan 1 ml mikroba dengan menggunakan pipet mikro, lalu masukkan medium NA dalam keadaan hangat sekitar 45oC dengan cawan diputar-putar untuk meratakan medium, kemudian cawan diinkubasikan selama 48 jam dalam keadaan terbalik. Setelah diinkubasikan selama 48 jam hitung koloni mikroba pada cawan tersebut.
Ketika akan dimasukan medium NA harus dalam keadaan yang hangat sekitar 45oC agar cawan tetap keadaan steril dan tidak menghambat pertumbuhan mikroba. Kemudian pada saat cawan akan diinkubasikan selama 48 jam cawan harus dalam keadaan terbalik karena pada saat diinkubasikan mikroba mengeluarkan H2O jika cawan tidak di balik maka H2O tersebut akan menetes pada medium tersebut oleh karena itu cawan harus dibalik dan dapat mempermudah penghitungan pertumbuhan jumlah mikroba.
Pada hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa bakteri yang banyak tumbuh pada cawan tersebut adalah  pada  pH 7 yaitu pH netral. Bakteri dapat tumbuh pada pH 7 karena medium harus mempunyai pH yang tepat yaitu tidak terlalu asam atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa.Pada dasarnya tidak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 7 dan sangat jarang bakteri ditemukan pada pH dibawah 4 karena banyak bakteri menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler, 1993).
Setiap mikrobia mempunyai permeabilitas membran sitoplasma yang tidak sama sehingga mempengaruhi toleransi mikrobia terhadap pH lingkungan. Ada asumsi bahwa mikrobia mampu melakukan stabilisasi pH isi selnya secara efisien, namun kenyataan membuktikan bahwa pH lingkungan berpengaruh terhadap pH sel mikrobia. Penurunan pH isi sel mikrobia lebih efektif terjadi bila lingkungan diasamkan dengan asam organik. Untuk melakukan metabolisme dengan baik, mikrobia membutuhkan pH yang sesuai aktivitas enzim secara optimal.
Bila pH lingkungan tidak sesuai untuk aktivitas enzim secara optimal, maka mikrobia tidak dapat melakukan metabolisme dengan baik. Akibatnya mikrobia tidak dapat tumbuh dengan optimal. Berdasarkan pH, mikrobia dikelompokkan menjadi golongan asidofil (mikrobiayang tumbuh dengan baik pada pH asam), netral (mikrobia yang tumbuh dengan baikpada pH netral) dan alkalifil (mikrobia yang tumbuh dengan baik pada pH basa). KisaranpH untuk pertumbuhan setiap kelompok mikrobia sangat bervariasi. Beberapa mikrobia mampu tumbuh pada kisaran pH yang lebar. Pada umumnya pertumbuhan optimum mikrobia terjadi pada pH 7 dan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5 – 8.
Kecualipada kelompok bakteri asam cuka yang tumbuh optimal pada pH 5,4 – 6,3 dan bakteri asam laktat yang tumbuh optimal pada pH 5,5 – 6,0. Pada umumnya jamur dan yeastmempunyai pH minimum yang lebih rendah daripada bakteri, walaupun pH maksimumnya hampir sama. pH yang sangat asam atau sangat alkali dapatmenghambat bahkan merusak pertumbuhan sel mikrobia.





BAB V
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Pada dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik pada ph lebih dari 8. Kebanyakan pathogen, tumbuh paling baik pada ph netral (ph 7) atau ph yang sedikit basa (ph 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada ph 6, tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada ph 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada ph 4, bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri yang menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa.
B.                 SARAN
Dalam praktikum, diharapkan para asisten harus lebih memperhatikan praktikan agar praktikan dapat bekerja dengan lebih hati-hati sehingga tidak terjadi gangguan kesehatan pada praktikan dan asisten akibat mikroba uji.






DAFTAR PUSTAKA
Brooks, dkk., 1994, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.PT.Gramedia.Jakarta.
Volk &Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar