LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
POTENSIAL
ANTIBIOTIK
DISUSUN OLEH :
ASMIRANDAH
(PO. 71.3.251.15.1.052)
DWI NURYANTI
(PO. 71.3.251.15.1.054)
EKA WARDANA
(PO. 71.3.251.15.1.055)
FITRI (PO.
71.3.251.15.1.057)
FITRIANTI
ABDULLAH (PO.
71.3.251.15.1.058)
FLORENSIA BURA L (PO.
71.3.251.15.1.059)
KELOMPOK : 1
HARI
PRAKTIUM : Senin, 7
November 2016
PEMBIMBING : Sesilia R Pakadang, S.Si., M.Si., Apt
JURUSAN
FARMASI
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Antibiotika
sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan berbagai penyakit
terutama penyakit infeksi. Akan tetapi akibat pemakaian yang tidak rasional dan
pemakaian yang tidak tuntas dari antimikroba malah dapat membahayakan bagi
pasien. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi terhadap
pengobatan dengan antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai
jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada
pembedahan besar.
Uji potensi
antibiotika secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan suatu
potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap pertumbuhan
mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan pada senyawa uji
dapat berupa hambatan pertumbuhan.
Antibiotika
adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau diperoleh dari berbagai spesies
mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di dalam alam dan memegang peranan
penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah, dan kompos.
Antibiotika ini memiliki susunan kimia dan cara kerja yang berbeda-beda
sehingga masing-masing antibiotika memiliki kuman standar tertentu. Dari sekian
banyak antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya beberapa saja yang
cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam pengobatan.
B.
Maksud Dan Tujuan
Percobaan
1.
Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini untuk
mengetahui zona hambat pertumbuhan mikroba Staphylococcus
aureus.
2. Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan praktikum mengenai
penentuan potensi antibiotik Dexycline ini
adalah untuk mengukur luas hambatan pertumbuhan mikrobaStaphylococcus aureus.
C.
Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu
menentukan zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureuspada media NA dengan meletakan paper
disk yang mengandung larutan Dexycycline lalu di inkubasi pada suhu 350-370
C selama 1 x 24 jam.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori Umum
Antibiotika
adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup terutama fungi dan
bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relatif kecil (Tjay, 1978).
Kegiatan
antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan
dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian
banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik
di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa
saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 1978).
Pertumbuhan
dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam zat kimia dalam
lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak menuju atau
menjauhi zat kimia itu. Peristiwa bila bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak
menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut
chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, pertumbuhan koloninya
dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimia peristiwa itu disebut chemotropis
(Soemarno, 1976).
Resistensi
sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh
antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan
hidup. Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu :
1.
Perubahan tempat kerja (target site)
obat pada mikroba.
2.
Mikroba menurunkan permeabilitasnya
sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.
3.
Inaktivasi obat oleh mikroba.
4.
Mikroba yang membentuk jalan pintas
untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba.
5.
Meningkatkan produksi enzim yang
dihambat oleh antimikroba.
Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah
berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam
praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk
pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan
segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan
pemeriksaan kepekaan kuman (Ditjen POM, 2001).
Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas
selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi
tidak membahayakan bagi inang. Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat
relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi
tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat merusak parasit (Tjay, 2003).
Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur
faktor-faktor lingkungan yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur,
pH, kelembaban, radiasi) (Dwidjesoputro, 1994).
Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu
metode kertas saring (Kirby and Bauer) dan metode d’Aubert. Metode kertas
saring menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia
seperti fungisida, bakterisida, dan insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti
dengan sinar UV, pemanasan yang tinggi, serta dengan perlakuan biologi seperti
menggunakan mikroorganisme lain sebagai antagonis. Metode d’Aubert yaitu metode
yang digunakan untuk memeriksa kadar anibiotika dalam bahan makanan sebagai
bahan pengawet (Ramona dkk., 2007).
B.
URAIAN
BAKTERI
I. Klasifikasi Bakteri
Klasifikasi Staphylococcus
aureus
Kingdom
: Bacteria
Filum
: Firmicutes
Kelas
: Cocci
Ordo
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
: Staphylococcus aureus
II. Morfologi Bakteri
Staphylococcus
aureus termasuk dalam family Staphylococcaceae,
berukuran diameter 0,5-1,5 μm dan membentuk pigmen kuning keemasan. Bentuk sel
kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam
biakan cair. Bakteri fakultatif anaerob dan tidak membentuk spora .
Staphylococcus
aureus tidak membentuk spora sehingga pertumbuhan oleh Staphylococcus
aureus di dalam makanan dapat segera dihambat dengan perlakuan panas.
Namun, kontaminasi Staphylococcus aureus tetap menjadi salah satu
penyebab utama keracunan makanan atau foodborne disease (FBD) karena Staphylococcus
aureus dapat mengkontaminasi produk makanan selama persiapan dan
pengolahan. Bakteri ini sendiri ditemukan di dalam saluran pernapasan,
permukaan kulit, tenggorokan, saluran pencernaan manusia serta rambut hewan
berdarah panas termasuk manusia .
Keracunan
makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari Staphylococus aureus.
Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya
tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat
menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh
rasa mual, muntah-muntah dan diare yang hebat tanpa disertai demam.
C.
Uraian
Bahan
1.
NA
( Nutrien Agar )
a.
Komposisi :
Peptone
5 g/L
Meat
extract 1 g/L
Yeast
extract 2 g/L
Sodium
chloride 5 g/L
Agar
15 g/L
b.
pH
7.0 ± 0.2
2.
Aquadest
(FI III:96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Doxycycline (ISO Vol.46:176)
Komposisi : Tiap kapsul
Doxycycline mengandung doksisiklin Hcl yang setara dengan doksisiklin 100 mg
Farmakologi : Doksisiklin
adalah antibiotik golongan tetrasiklin. Doksisiklin bekerja secara
bakteriostatik dengan mencegah sintesa protein mikroorganisme. Doksisiklin
mempunyai spektrum kerja yang luas terhadap bakteri gran positif dan gram
negatif
Indikasi : infeksi
saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, infeksi pada saluran kemih dan
kelamin, infeksi jaringan lunak dan kulit, infeksi telinga, hidung, dan
tenggorokan.
Kontra Indikasi : doksisiklin
jangan diberikan kepada penderita yang Hipersensitif atau alergi terhadap
antibiotik doksisiklin atau tetrasiklin.
Efek Samping : beberapa pasien
yang peka dapat mengalami fotosensitivitas, alergi kulit pada waktu terkena
sinar matahari, reaksi hipersensitif / alergi seperti: ruam kulit dan
gatal-gatal, gangguan pencernaan seperti: mual, muntah dan diare, dapat terjadi
anemia hemolitik, trombositopenia
Dosis : dewasa
dan anak lebih dari 8 tahun dengan berat badan 45 kg atau lebih: hari pertama
200 mg dibagi dalam 2 dosis setiap 12 jam dilanjutkan dengan 100 mg/hari.
Pengobatan harus dilanjutkan minimal 1-2 hari setelah tanda-tanda dan gejala
infeksi menghilang.
Anak-anak
lebih dari 8 tahun dengan berat badan kurang dari 45 kg: dari pertama 4,4
mg/kgBB/hari terbagi dua dosis setiap 12 jam, selanjutnya 2,2 mg/kgBB 1 kali
sehari atau dalam 2 dosis setiap 12 jam. Untuk infeksi berat dapat diberikan
2,2 mg/kgBB setiap 12 jam.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan
Bahan
·
Alat yang
Digunakan
1.
Batang pengaduk
2.
Cawan petri
3.
Lampu spiritus
4.
Ose bulat
5.
Pinset
6.
Rak tabung Reaksi
7.
Spoit
8.
Tabung reaksi
9.
Piper dist /blang dist
10.
Label
11.
Swab steril
12.
Korek
·
Bahan yang
Digunakan
1. Dexycycline
2. Aqua destilata
3. Mikroba uji Staphylococcus aureus
4. Media NA
B.
Prosedur Kerja
·
Sterilisasi Alat
1.
Bungkus alat dengan kertas yang akan
disterilisasi seperti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, objek
gelas dan penutupnya serta pipet tetes.
2.
Setelah dibungkus kertas,
selanjutnya dimasukkan dalam autoklaf. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15
menit.
·
Uji
Potensial Antibiotik
1.
Siapkan 3 cawan petri yang sudah di sterilkan
2.
Diberi label dibawah cawan petri untuk mempermudah
pengamatan
3.
Ditimbang sampel
Doxycycline sebanyak 0,2 g, dibuat pengenceran antibiotik 50 ppm, 30 ppm dan 40 ppm dengan
menggunakan air steril
4.
Diambil piper disk lalu
dimasukkan/direndam dalam masing-masing pengenceran antibiotik dan air steril
sebagai contoh negatif
5.
Dituang media NA kedalam cawan petri secukupnya biarkan
sampai padat
6.
Dioleskan bakteri Staphylococus aureusmenggunakan swab steril
7.
Dimasukan piper dist yang telah direndam dengan
menggunakan pinset diletakkan pada permukaan agar NA dan sedikit ditekan agar
melekat sempurna dan tidak bergeser
8.
Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37°C.
9.
Diamati zona hambat yang terbentuk dan dilakukan pengukuran
garis tengah dengan menggunakan penggaris.
10.
Dihitung potensi antibiotik dari hasil pengukuran.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Hasil Pengamatam
Cawan Ke -
|
Nama
Sampel
|
Konsentrasi
|
Kontrol
|
||
50 ppm
|
30 ppm
|
40 ppm
|
|||
1
|
Doxycycline
|
28 mm
|
25 mm
|
27 mm
|
0
|
2
|
28 mm
|
26mm
|
27mm
|
0
|
|
3
|
30 mm
|
28 mm
|
30 mm
|
0
|
|
Rata-rata
|
28,6 mm
|
26,3 mm
|
28 mm
|
0
|
B.
PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan tentang pengujian antibiotik, maka dapat diketahui bahwa antibiotik
adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam
jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya.
Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Prosedur difusi-kertas cakram-agar
yang distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan
sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap
antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar
diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar
acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu
antibiotik.
Pada pengujian yang telah dilakukan,
terbentuk zona bening disekitar piper disk. Ini menunjukan bahwa antibiotik
yang digunakan berpotensi menghambat pertumbuhan Staphylococus aureus.
Untuk menyembuhkan
penyakit, suatu penyakit diperlukan antibiotik yang cocok untuk menghambat atau
membunuh pertumbuhan bakteri penyebab penyakit dan pada praktikum kali ini
digunakan beberapa pengenceran antibiotik dan air steril sebagai kontrol sampel
yang digunakan sebagai pembanding dalam mengetahui apakah sampel yang digunakan
benar-benar steril atau tidak. Pada antibiotik dibuat konsentrasi 50ppm, 30 ppm dan 40 ppm. Besar
daya hambatnya berbeda-beda juga pada ketiga cawan yang digunakan. Pada konsentrasi
antibiotik ini terdapat zona bening yang menandakan bahwa pada daerah tersebut
tidak ditumbuhi bakteri. Pada konsetrasi paling tinngi yaitu 50 ppm memilikirata-rata zona bening paling
luas, yakni 28,6 mm yang berarti pada antibiotik ini bakteri tidak dapat
tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureusyang
ditunjukkan dengan besarnya zona hambat yang diperoleh. Sedangkan pada kontrol,
yang tidak memiliki zona hambat dimana diketahui bahwa aquadest tidak mempunyai
potensi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini menunjukkan
kontrol yang digunakan dalam keadaan steril atau bebas dari cemaran pengenceran
antibiotik atau hal lainnya.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang diperoleh, dapat diambil suatu kesimpulan yaitu :
1. Antibiotik
pada konsentrasi 50 ppm diperoleh
zona hambat = 26 mm
2. Antibiotik
pada konsentrasi 30 ppm diperoleh
zona hambat = 24,5mm
3. Antibiotik
pada konsentrasi 40 ppm diperoleh
zona hambat = 25 mm
Dari hasil data-data yang terlihat dapat
disimpulkan bahwa, antibiotik pada konsentrasi 50 ppm lebih berpotensi untuk menghambat pertumbuhan bakteriStaphylococcus epidermidisdibandingkan
dengan antibiotic pada konsentrasi 30 ppm
dan pada konsentrasi 40 ppm.
B.
Saran
1.
Penggunaan teknik aseptis pada saat penanaman bakteri pada media NA sangat
dibutuhkan agar mendapatkan hasil optimal sesuai teori
2.
Hindari komunikasi saat
proses kerja yang nantinya menjadi salah satu faktor gagalnya percobaan akibat
penambahan jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya hambat atau daya bunuh
dari antibiotik.
3.
Peralatan yang steril
juga mendukung keberhasilan praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 2001. Bacterial Chemistry and Physiology. New
York
Dwidjesoputro. 1994. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjay. 1978. Mikrobiologi
Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Jawetz, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta : Salemba Medika.
http://ditjenregobiz.wordpress.com/ (Diakses
tanggal 7 maret 2001)
LAMPIRAN
Perhitungan
1.
Untuk Antibiotik pada
konsentrasi 50 ppm
2.
Untuk Antibiotik
pada konsentrasi 30 ppm
3.
Untuk Antibiotik pada
konsentrasi 40 ppm
4.
Untuk Kontrol Sampel
Gambar
Hasil Pengamatan
A.
Sebelum
di Inkubasi
B.
Setelah di
Inkubasi
Gambar
Gambar 2
Gambar 3
BetMGM Casino App - JTHub
BalasHapusBetMGM Casino App The 남양주 출장안마 BetMGM app offers you 제주 출장마사지 the 양산 출장샵 opportunity to play in over a dozen games across your 속초 출장샵 mobile phone, 강원도 출장샵 desktop or