Sabtu, 01 April 2017

laporan laboratorium mikrobiologi potensial antibiotik



LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
POTENSIAL ANTIBIOTIK
DISUSUN OLEH :
ASMIRANDAH                    (PO. 71.3.251.15.1.052)
DWI NURYANTI                 (PO. 71.3.251.15.1.054)
EKA WARDANA                 (PO. 71.3.251.15.1.055)
FITRI                                      (PO. 71.3.251.15.1.057)
FITRIANTI ABDULLAH    (PO. 71.3.251.15.1.058)
FLORENSIA BURA L         (PO. 71.3.251.15.1.059)
KELOMPOK                         : 1
HARI PRAKTIUM                : Senin, 7 November 2016
PEMBIMBING                      : Sesilia R Pakadang, S.Si., M.Si., Apt

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES

BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Antibiotika sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Akan tetapi akibat pemakaian yang tidak rasional dan pemakaian yang tidak tuntas dari antimikroba malah dapat membahayakan bagi pasien. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi terhadap pengobatan dengan antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar.
Uji potensi antibiotika secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan. 
Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau diperoleh dari berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di dalam alam dan memegang peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah, dan kompos. Antibiotika ini memiliki susunan kimia dan cara kerja yang berbeda-beda sehingga masing-masing antibiotika memiliki kuman standar tertentu. Dari sekian banyak antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya beberapa saja yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam pengobatan.






B.                 Maksud Dan Tujuan Percobaan
1.         Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini untuk mengetahui zona hambat pertumbuhan mikroba Staphylococcus aureus.
2.      Tujuan Percobaan
Adapun tujuan praktikum mengenai penentuan potensi antibiotik Dexycline ini adalah untuk mengukur luas hambatan pertumbuhan mikrobaStaphylococcus aureus.
C.                 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu menentukan zona hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureuspada media NA dengan meletakan paper disk yang mengandung larutan Dexycycline lalu di inkubasi pada suhu 350-370 C selama 1 x 24 jam.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.                Teori Umum
Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay, 1978).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 1978).
Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa bila bakteri-bakteri itu tertarik dan bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, pertumbuhan koloninya dapat dipengaruhi oleh zat-zat kimia peristiwa itu disebut chemotropis (Soemarno, 1976).
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup. Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu :
1.         Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.
2.         Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.
3.         Inaktivasi obat oleh mikroba.
4.         Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba.
5.         Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.
Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien yang dicurigai menderita suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman (Ditjen POM, 2001).
Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang. Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat merusak parasit (Tjay, 2003).
Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban, radiasi) (Dwidjesoputro, 1994).
Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring (Kirby and Bauer) dan metode d’Aubert. Metode kertas saring menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fungisida, bakterisida, dan insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV, pemanasan yang tinggi, serta dengan perlakuan biologi seperti menggunakan mikroorganisme lain sebagai antagonis. Metode d’Aubert yaitu metode yang digunakan untuk memeriksa kadar anibiotika dalam bahan makanan sebagai bahan pengawet (Ramona dkk., 2007).
B.                 URAIAN BAKTERI
              I.     Klasifikasi Bakteri
Klasifikasi Staphylococcus aureus 
Kingdom                       : Bacteria
Filum                             : Firmicutes
Kelas                              : Cocci
Ordo                              : Bacillales
Family                            : Staphylococcaceae
Genus                            : Staphylococcus
Species                           : Staphylococcus aureus
           II.     Morfologi Bakteri
Staphylococcus aureus termasuk dalam family  Staphylococcaceae, berukuran diameter 0,5-1,5 μm dan membentuk pigmen kuning keemasan. Bentuk sel kokus tunggal, berpasangan, tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan cair. Bakteri fakultatif anaerob dan tidak membentuk spora .
Staphylococcus aureus tidak membentuk spora sehingga pertumbuhan oleh Staphylococcus aureus di dalam makanan dapat segera dihambat dengan perlakuan panas. Namun, kontaminasi Staphylococcus aureus tetap menjadi salah satu penyebab utama keracunan makanan atau foodborne disease (FBD) karena Staphylococcus aureus dapat mengkontaminasi produk makanan selama persiapan dan pengolahan. Bakteri ini sendiri ditemukan di dalam saluran pernapasan, permukaan kulit, tenggorokan, saluran pencernaan manusia serta rambut hewan berdarah panas termasuk manusia .
Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari Staphylococus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah dan diare yang hebat tanpa disertai demam.
C.                 Uraian Bahan
1.    NA ( Nutrien Agar )
a.    Komposisi :
Peptone                            5 g/L
Meat extract                     1 g/L
Yeast extract                    2 g/L
Sodium chloride               5 g/L
Agar                                 15 g/L
b.      pH                                    7.0 ± 0.2
2.    Aquadest (FI III:96)
Nama resmi             : AQUA DESTILLATA
Nama lain                : Air suling
Rumus molekul       : H2O
Pemerian                 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup baik.
3.    Doxycycline  (ISO Vol.46:176)
Komposisi              : Tiap kapsul Doxycycline mengandung doksisiklin Hcl yang setara dengan doksisiklin 100 mg
Farmakologi            : Doksisiklin adalah antibiotik golongan tetrasiklin. Doksisiklin bekerja secara bakteriostatik dengan mencegah sintesa protein mikroorganisme. Doksisiklin mempunyai spektrum kerja yang luas terhadap bakteri gran positif dan gram negatif
Indikasi                   : infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, infeksi pada saluran kemih dan kelamin, infeksi jaringan lunak dan kulit, infeksi telinga, hidung, dan tenggorokan.
Kontra Indikasi       : doksisiklin jangan diberikan kepada penderita yang Hipersensitif atau alergi terhadap antibiotik doksisiklin atau tetrasiklin.
Efek Samping         : beberapa pasien yang peka dapat mengalami fotosensitivitas, alergi kulit pada waktu terkena sinar matahari, reaksi hipersensitif / alergi seperti: ruam kulit dan gatal-gatal, gangguan pencernaan seperti: mual, muntah dan diare, dapat terjadi anemia hemolitik, trombositopenia
Dosis                       : dewasa dan anak lebih dari 8 tahun dengan berat badan 45 kg atau lebih: hari pertama 200 mg dibagi dalam 2 dosis setiap 12 jam dilanjutkan dengan 100 mg/hari. Pengobatan harus dilanjutkan minimal 1-2 hari setelah tanda-tanda dan gejala infeksi menghilang.
                                  Anak-anak lebih dari 8 tahun dengan berat badan kurang dari 45 kg: dari pertama 4,4 mg/kgBB/hari terbagi dua dosis setiap 12 jam, selanjutnya 2,2 mg/kgBB 1 kali sehari atau dalam 2 dosis setiap 12 jam. Untuk infeksi berat dapat diberikan 2,2 mg/kgBB setiap 12 jam.


BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.                Alat dan Bahan
·           Alat yang Digunakan

1.               Batang pengaduk
2.               Cawan petri
3.               Lampu spiritus
4.               Ose bulat
5.               Pinset
6.               Rak tabung Reaksi
7.               Spoit
8.               Tabung reaksi
9.               Piper dist /blang dist
10.           Label
11.           Swab steril
12.           Korek

·           Bahan yang Digunakan
1.    Dexycycline
2.    Aqua destilata
3.    Mikroba uji Staphylococcus aureus
4.    Media NA
B.                 Prosedur Kerja
·           Sterilisasi Alat
1.        Bungkus alat dengan kertas yang akan disterilisasi seperti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas ukur, objek gelas dan penutupnya serta pipet tetes.
2.        Setelah dibungkus kertas, selanjutnya dimasukkan dalam autoklaf. Sterilisasi pada suhu 121°C selama 15 menit.
·           Uji Potensial Antibiotik
1.         Siapkan 3 cawan petri yang sudah di sterilkan
2.         Diberi label dibawah cawan petri untuk mempermudah pengamatan
3.         Ditimbang sampel Doxycycline sebanyak 0,2 g, dibuat pengenceran antibiotik 50 ppm, 30 ppm dan 40 ppm dengan menggunakan air steril
4.         Diambil piper disk lalu dimasukkan/direndam dalam masing-masing pengenceran antibiotik dan air steril sebagai contoh negatif
5.         Dituang media NA kedalam cawan petri secukupnya biarkan sampai padat
6.         Dioleskan bakteri Staphylococus aureusmenggunakan swab steril
7.         Dimasukan piper dist yang telah direndam dengan menggunakan pinset diletakkan pada permukaan agar NA dan sedikit ditekan agar melekat sempurna dan tidak bergeser
8.         Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37°C.
9.         Diamati zona hambat yang terbentuk dan dilakukan pengukuran garis tengah dengan menggunakan penggaris.
10.     Dihitung potensi antibiotik dari hasil pengukuran.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.                Hasil Pengamatam
Cawan Ke -
Nama
Sampel
Konsentrasi
Kontrol
50 ppm
30 ppm
40 ppm
1
Doxycycline
 28 mm
25 mm
27 mm
0
2
28 mm
26mm
27mm
0
3
30 mm
28 mm
30 mm
0
Rata-rata
28,6 mm
26,3 mm
28 mm
0
B.           PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotik, maka dapat diketahui bahwa antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.
Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.
Pada pengujian yang telah dilakukan, terbentuk zona bening disekitar piper disk. Ini menunjukan bahwa antibiotik yang digunakan berpotensi menghambat pertumbuhan Staphylococus aureus.
Untuk menyembuhkan penyakit, suatu penyakit diperlukan antibiotik yang cocok untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan bakteri penyebab penyakit dan pada praktikum kali ini digunakan beberapa pengenceran antibiotik dan air steril sebagai kontrol sampel yang digunakan sebagai pembanding dalam mengetahui apakah sampel yang digunakan benar-benar steril atau tidak. Pada antibiotik dibuat konsentrasi 50ppm, 30 ppm dan 40 ppm. Besar daya hambatnya berbeda-beda juga pada ketiga cawan yang digunakan. Pada konsentrasi antibiotik ini terdapat zona bening yang menandakan bahwa pada daerah tersebut tidak ditumbuhi bakteri. Pada konsetrasi paling tinngi yaitu 50 ppm memilikirata-rata zona bening paling luas, yakni 28,6 mm yang berarti pada antibiotik ini bakteri tidak dapat tumbuh. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotik ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureusyang ditunjukkan dengan besarnya zona hambat yang diperoleh. Sedangkan pada kontrol, yang tidak memiliki zona hambat dimana diketahui bahwa aquadest tidak mempunyai potensi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini menunjukkan kontrol yang digunakan dalam keadaan steril atau bebas dari cemaran pengenceran antibiotik atau hal lainnya.



BAB V
PENUTUP
A.                Kesimpulan     
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, dapat diambil suatu kesimpulan yaitu :
1.      Antibiotik pada konsentrasi 50 ppm diperoleh zona hambat = 26 mm
2.      Antibiotik pada konsentrasi 30 ppm diperoleh zona hambat = 24,5mm
3.      Antibiotik pada konsentrasi 40 ppm diperoleh zona hambat = 25 mm
Dari hasil data-data yang terlihat dapat disimpulkan bahwa, antibiotik pada konsentrasi 50 ppm lebih berpotensi untuk menghambat pertumbuhan bakteriStaphylococcus epidermidisdibandingkan dengan antibiotic pada konsentrasi 30 ppm dan pada konsentrasi 40 ppm.
B.                 Saran
1.         Penggunaan teknik aseptis pada saat penanaman bakteri pada media NA sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil optimal sesuai teori
2.         Hindari komunikasi saat proses kerja yang nantinya menjadi salah satu faktor gagalnya percobaan akibat penambahan jumlah kuman yang tidak sebanding dengan daya hambat atau daya bunuh dari antibiotik.
3.         Peralatan yang steril juga mendukung keberhasilan praktikum ini.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ditjen POM. 2001. Bacterial Chemistry and Physiology. New York
Dwidjesoputro. 1994. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjay. 1978. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Jawetz, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika.
http://ditjenregobiz.wordpress.com/ (Diakses tanggal 7 maret 2001)
















LAMPIRAN
Perhitungan
1.            Untuk Antibiotik pada konsentrasi 50 ppmRounded Rectangle: Rata-rata Zona Hambat = (1 + 2 + 3)/3 = █(28+28+30@)/3 = 28,6 mm


2.             Untuk Rounded Rectangle: Rata-rata Zona Hambat = (1 + 2 + 3)/3= (25+26+28)/3 = 26,3 mm

Antibiotik pada konsentrasi 30 ppm


3.            Untuk Antibiotik pada konsentrasi 40 ppm
Rounded Rectangle: Rata-rata Zona Hambat = (1 + 2 + 3)/3 = (27+27+30)/3 = 28 mm

 


4.            Untuk Kontrol Sampel


Rounded Rectangle: Rata-rata Zona Hambat = (1 + 2 + 3)/3 = (0 + 0 + 0)/3 = 0 mm
 


Gambar Hasil Pengamatan
A.                Sebelum di Inkubasi


B.                 Setelah di Inkubasi
Gambar
 
Gambar 2
 
Gambar 3
 




1 komentar:

  1. BetMGM Casino App - JTHub
    BetMGM Casino App The 남양주 출장안마 BetMGM app offers you 제주 출장마사지 the 양산 출장샵 opportunity to play in over a dozen games across your 속초 출장샵 mobile phone, 강원도 출장샵 desktop or

    BalasHapus