LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
PENGARUH
pH TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
DISUSUN OLEH :
ASMIRANDAH (PO.
71.3.251.15.1.052)
DWI NURYANTI
(PO. 71.3.251.15.1.054)
EKA WARDANA
(PO. 71.3.251.15.1.055)
FITRI (PO.
71.3.251.15.1.057)
FITRIANTI ABDULLAH (PO.
71.3.251.15.1.058)
FLORENSIA BURA L (PO.
71.3.251.15.1.059)
KELOMPOK : 1
HARI PRAKTIUM : SELASA, 15 MEI 2016
PEMBIMBING : ST.RATNAH
JURUSAN
FARMASI
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2016
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan
proses bertambahnya ukuran atau subtansi atau masa zat suatu organisme,
misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi,
bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan
lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni,
ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau masssa mikroba dalam koloni
tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan
jumlah sel mikroba itu sendiri.
Pertumbuhan merupakan
suatu proses kehidupan yang irreversible artinya tidak dapat dibalik
kejadiannya. Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan kuantitas konstituen
seluler dan struktur organisme yang dapat dinyatakan dengan ukuran, diikuti
pertambahan jumlah, pertambahan ukuran sel, pertambahan berat atau massa dan
parameter lain. Sebagai hasil pertambahan ukuran dan pembelahan sel atau
pertambahan jumlah sel maka terjadi pertumbuhan populasi mikroba (Sofa, 2008).
Panas,
konsentrasi ion hidrogen (pH), adanya air, oksigen dan cahaya mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Sewaktu pertumbuhan mikroorganisme, konsentrasi ion
hidrogen (pH) dalam media mempengaruhi protein (enzim dan sistem transport)
yang terdapat pada membran sel. Struktur protein akan berubah bila pH dalam
media berubah. Mikroorganisme memiliki enzim yang berfungsi sempurna pada pH
tertentu. Bila terjadi penyimpangan pH, pertumbuhan dan metabolisme organisme
terhenti. Lazimnya mikroorganisme tumbuh pada pH sekitar 7,0, namun ada juga
yang dapat tumbuh pada pH 2,0 dan pH 10,0, fungi dapat tumbuh pada kisaran pH
yang luas, kelompok ini dapat tumbuh pada pH asam.
Mikroorganisme
yang melaksanakan proses fermentasi menghasilkan asam sehingga pH dapat turun
menjadi 3,5. Sebaliknya, sewaktu metabolisme protein dan asam amino dilepaskan
ion amonium sehingga pH media menjadi basa.
Perubahan
pH terjadi dengan cepat dalam lingkungan tertutup seperti misalnya kaldu
nutrien dalam tabung, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Untuk
mencegah perubahan pH seringkali ditambahkan larutan penyangga dalam media.
B.
Maksud dan Tujuan
Percobaan
Maksud percobaan : Untuk mengetahui
pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroorganisme.
Tujuan percobaan : Untuk menentukan
pH pertumbuhan mikroorganisme.
C.
Prinsip Percobaan
Media PW dikondisikan sesuai dengan
pH yang diinginkan lalu diinokulasi dengan mikroorganisme kemudian diinkubasi
selama 1X24 jam kemudian diamati ada tidaknya perubahan pada media PW.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Landasan Teori
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan.
Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas
faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik
terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu, mencakup adanya asosiasi atau
kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose,
sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri
atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban,
sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa
toksik atau senyawa kimia lainnya) (Hadioetomo, 1985).
Medium harus mempunyai pH yang tepat, yaitu tidak
terlalu asam atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu
basa, dengan pengecualian basil kolera (Vibrio cholerae). Pada dasarnya tak
satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 8. Kebanyakan patogen, tumbuh
paling baik pada pH netral (pH7) atau pH yang sedikit basa (pH 7,4). Beberapa
bakteri tumbuh pada pH 6;tidak jarang dijumpai organisme yang tumbuh baik pada
pH 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan dengan baik pada pH
4, bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena banyak bakteri
menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau basa
(Volk&Wheeler,1993).
Mikroba umumnya menyukai pH netral yaitu pH 7.
Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin) Apabila mikroba
ditanam pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi
apabila pH media 8 maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pHnya
mikroba dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu mikroba asidofil adalah kelompok
mikroba yang dapat hidup tumbuh baik pada pH 6,0 – 8,0 pada pH 2,0-5,0, mikroba
mesofil (neutrofil) adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0,
dan mikroba alkafil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.0
(Brooks dkk, 1994).
B.
Uraian bahan
1.
Media PW (Peptone Water
– Bacteriological Peptone)
Komposisi :
·
Peptone from casein 10,0
·
Disodium hydrogen
phospate dodecahydrate 9,0
·
Potasium dihydrogen
phospate 1,5
·
Sodium chloride 5
2.
Metylen Blue
Nama
Resmi : Methylthionini
Chloridum
Nama
Lain : Biru metilen
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur
hijau tua, berkilauan seperti
perunggu,
tidak berbau. Stabil di udara, larutan dalam air
dan
dalam etanol berwarna biru tua.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam
kloroform, agak sukar larut
dalam
etanol.\
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
3.
Aquadest
Nama
Resmi : Aqua Destillata
Nama
Lain : Air Suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak
mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
4.
Asam Klorida
Nama
Resmi : Acidum Chloridum
Nama
Lain : Asam Klorida
Pemerian
: Cairan, tidak
berwarna, berasap,bau merangsang, jika di
encerkan
dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan :sebagai pelarut
5.
Natrium Hidroksida
Nama resmi :
natrii hidroksida
Nama lain : natrium hidroksida
Pemerian : bentuk batang, butiran, massa hablur
atau keping.kering, kerras,
rapuh dan menunjukan
susunan hablur,putihh, mudah meleleh
basah, sangat alkalis
dan korosif,segera menyerap karbon
hidroksida
Penyimpanan :
dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : zat tambahan
6.
Salmonella
typhi
Kelas : Psilopsida
Ordo : Psilotales
Family : Psilotaceae
Genus : Salmonella
Species : Salmonella typhi
BAB
III
METODE
KERJA
A.
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan adalah :
1)
Autoklaf
2)
Batang pengaduk
3)
Erlenmeyer
4)
Gelas kimia
5)
Inkubator
6)
Lemari pendingin
7)
Pipet tetess
8)
Rak tabung reaksi
9)
Sendok tanduk
10) Spoit
1 cc
11) Spoit
10 cc
12) Tabung
reaksi
13) Timbangan
kasar
Bahan yang
digunakan adalah :
1)
Aquades
2)
Biakan bakteri
(Salmonella Thipy)
3)
Indikator universal
4)
Larutan HCl
5)
Larutan NaoH
6)
Larutan Mc Farland
7)
Metilen blue
8)
Pepton water
B.
Prosedur Kerja
Pembuatan media
PW
1)
Disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan
2)
Ditimbang media PW
sebanyak (sesuai dengan perhitungan berdasarkan komposisi). Lalu dimasukkan dalam gelas piala 100 ml
3)
Dicukupkan volumenya
sampai tanda atau batas 50 ml dan diaduk hingga larut
4)
Ditambahkan metilen
blue beberapa tetes hingga warnanya berubah menjadi hijau (dari warna kuning
berubah menjadi warna hijau setelah ditambahkan metilen blue ) lalu diaduk.
5)
Dibagi kedalam 4 buah
tabunng reaksi yang telah diberi label, masing-masing tabung reaksi diisi 10 ml
media dengan mengguankan spoit 10 cc dan sisa media yang di gelas piala
dipidahkan ke dalam erlenmeyer 50 ml.
6)
Disumbat / ditutp mulut
tabung reaksi dan erlenmyer dengan alumunium foil atau kapas.
7)
Selanjutnya, media
tersebut disterilkan ke dalam autoklaf ( pada suhu 121oc selama 15
samapi 30 menit).
8)
Setelah temperatur suhu
dan waktu sterilisasi tercapai, maka media pun dikeluarkan dari autoklaf lalu
didiamkan atau didinginkan
9)
Untuk menjaga suhu
media tetap dalam suhu penyimpanan, maka media tersebut dimasukkan kedalam
refrigator (lemari pendingin).
Uji pengaruh pH
1)
Disiapkan media PW
sesuai dengan yang dibutuhkan, lalu dikondisikan pH-nya menjadi 3,0; 5,0; 7,0;
dan 9,0.
2)
Diinokulasikan
mikroorganisme (Salmonella thipy) ke
dalam masing-masing media PW yang telah dikondisikan pH-nya.
3)
Diinkubasi selama 48
jam, dikocok keempat tabung dan dibandingkan derajat kekeruhannya.
4)
Dilaporkan hasil
pertumbuhan sebagai berikut :
· Tidak
ada pertumbuhan : -
· Pertumbuhan
sedikit : +
· Pertumbuhan
sedang : ++
· Pertumbuhan
subur : +++
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Mikroorganisme
|
Waktu pengamatan
|
pH media
|
|||
3,0
|
5,0
|
7,0
|
9,0
|
||
Salmonella thipy
|
|
|
|
|
|
Salmonella thypi
|
|
|
|
|
|
Salmonella thypi
|
|
|
|
|
|
Salmonella thypi
|
|
|
|
|
|
Salmonella thipy
|
|
|
|
|
|
Salmonella thipys
|
|
|
|
|
|
B.
Pembahasan
Pada
percobaan kali ini prosedur yang kita lakukan untuk mengetahui pengaruh pH pada
pertumbuhan mikroba adalah dengan menyiapkan 6 erlenmeyer steril, kemudian
tambahkan masing-masing 40 ml medium NB, lalu masukan 5 ml larutan pH 4,7,9 ke
tiap dua Erlenmeyer kemudian masukan 5 ml biakan mikroba ke dalam Erlenmeyer,
inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dan lakukan pengenceran sampai 10-3.
Setelah itu, siapkan cawan petri steril dan masukan 1 ml mikroba dengan
menggunakan pipet mikro, lalu masukkan medium NA dalam keadaan hangat sekitar
45oC dengan cawan diputar-putar untuk meratakan medium, kemudian cawan
diinkubasikan selama 48 jam dalam keadaan terbalik. Setelah diinkubasikan
selama 48 jam hitung koloni mikroba pada cawan tersebut.
Ketika
akan dimasukan medium NA harus dalam keadaan yang hangat sekitar 45oC agar
cawan tetap keadaan steril dan tidak menghambat pertumbuhan mikroba. Kemudian
pada saat cawan akan diinkubasikan selama 48 jam cawan harus dalam keadaan
terbalik karena pada saat diinkubasikan mikroba mengeluarkan H2O jika cawan
tidak di balik maka H2O tersebut akan menetes pada medium tersebut oleh karena
itu cawan harus dibalik dan dapat mempermudah penghitungan pertumbuhan jumlah
mikroba.
Pada
hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa bakteri yang banyak tumbuh pada cawan
tersebut adalah pada pH 7 yaitu pH netral. Bakteri dapat tumbuh
pada pH 7 karena medium harus mempunyai pH yang tepat yaitu tidak terlalu asam
atau basa. Kebanyakan bakteri tidak tumbuh dalam kondisi terlalu basa.Pada
dasarnya tidak satupun yang dapat tumbuh baik pada pH lebih dari 7 dan sangat
jarang bakteri ditemukan pada pH dibawah 4 karena banyak bakteri menghasilkan
produk metabolisme yang bersifat asam atau basa (Volk&Wheeler, 1993).
Setiap mikrobia mempunyai permeabilitas membran
sitoplasma yang tidak sama sehingga mempengaruhi toleransi mikrobia terhadap pH
lingkungan. Ada asumsi bahwa mikrobia mampu melakukan stabilisasi pH isi selnya
secara efisien, namun kenyataan membuktikan bahwa pH lingkungan berpengaruh
terhadap pH sel mikrobia. Penurunan pH isi sel mikrobia lebih efektif terjadi
bila lingkungan diasamkan dengan asam organik. Untuk melakukan metabolisme
dengan baik, mikrobia membutuhkan pH yang sesuai aktivitas enzim secara
optimal.
Bila
pH lingkungan tidak sesuai untuk aktivitas enzim secara optimal, maka mikrobia
tidak dapat melakukan metabolisme dengan baik. Akibatnya mikrobia tidak dapat
tumbuh dengan optimal. Berdasarkan pH, mikrobia dikelompokkan menjadi golongan
asidofil (mikrobiayang tumbuh dengan baik pada pH asam), netral (mikrobia yang
tumbuh dengan baikpada pH netral) dan alkalifil (mikrobia yang tumbuh dengan
baik pada pH basa). KisaranpH untuk pertumbuhan setiap kelompok mikrobia sangat
bervariasi. Beberapa mikrobia mampu tumbuh pada kisaran pH yang lebar. Pada
umumnya pertumbuhan optimum mikrobia terjadi pada pH 7 dan dapat tumbuh dengan
baik pada kisaran pH 5 – 8.
Kecualipada
kelompok bakteri asam cuka yang tumbuh optimal pada pH 5,4 – 6,3 dan bakteri
asam laktat yang tumbuh optimal pada pH 5,5 – 6,0. Pada umumnya jamur dan
yeastmempunyai pH minimum yang lebih rendah daripada bakteri, walaupun pH
maksimumnya hampir sama. pH yang sangat asam atau sangat alkali dapatmenghambat
bahkan merusak pertumbuhan sel mikrobia.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada
dasarnya tak satupun yang dapat tumbuh baik pada ph lebih dari 8. Kebanyakan
pathogen, tumbuh paling baik pada ph netral (ph 7) atau ph yang sedikit basa
(ph 7,4). Beberapa bakteri tumbuh pada ph 6, tidak jarang dijumpai organisme
yang tumbuh baik pada ph 4 atau 5. Sangat jarang suatu organisme dapat bertahan
dengan baik pada ph 4, bakteri autotrof tertentu merupakan pengecualian. Karena
banyak bakteri yang menghasilkan produk metabolisme yang bersifat asam atau
basa.
B.
SARAN
Dalam
praktikum, diharapkan para asisten harus lebih memperhatikan praktikan agar
praktikan dapat bekerja dengan lebih hati-hati sehingga tidak terjadi gangguan
kesehatan pada praktikan dan asisten akibat mikroba uji.
Brooks, dkk., 1994,
Mikrobiologi Kedokteran Edisi 2, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hadioetomo,
R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek.PT.Gramedia.Jakarta.
Volk
&Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar jilid 1. Erlangga. Jakarta.